Kamis, 05 Januari 2012

MAKALAH PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA BAYI BARU LAHIR MELIPUTI SISTEM PERNAPASAN

MAKALAH
PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI
PADA BAYI BARU LAHIR MELIPUTI SISTEM PERNAPASAN
Dosen pengampu : Dewi Candra SSiT
 



Disusun oleh :
Semester II/ Kelas B

Milsa Emy Irawanty             NIM. 712401S10079


AKADEMI KEBIDANAN BETANG ASI RAYA
PALANGKA RAYA
2010/2011




KATA PENGANTAR        
            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penyusun diberi kesehatan sehingga makalah yang berjudul “Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Bayi Baru Lahir Meliputi Sistem Pernapasan” dapat selesai dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak, dimana sumber materi disadur dari buku-buku yang relevan guna menunjang keakuratan materi yang nantinya akan di sampaikan.
            Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih.


                                                                        Palangka Raya,  Maret 2011

                                                                                    Penyusun






BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Transisi pada sistem pernapasan bayi baru lahir biasanya bayi akan mulai bernapas segera dan mempunyai irama pernapasan yang normal dari semula. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigenasi janin sebelum bayi lahir adalah plasenta.

Selama masa kehamilan bayi mengalami banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk memulainya proses pernapasan.
 
Anatomi saluran napas terdiri atas saluran pernapasan bagian atas ( rongga hidung, sinus paranasal, dan faring ), saluran pernapasan bagian bawah ( laring, trachea, bronchus, dan alveoli ), sirkulasi pulmonal ( ventrikel kanan, arteri pulmonary, arteriola pulmonary, kapilar pulmonary , venula pulmonary, vena pulmonary, dan atrium kiri ), paru ( paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus ), rongga pleura dan otot-otot pernapasan.

Kita khususnya bidan wajib untuk tahu dan mempelajari sistempernapasan pada bayi ini, supaya kita bisa menerapkan pelajaran dan pengetahuan yang telah kita terima dikemudian hari.



1.2.Tujuan
1.2.1.  Mengetahui Anatomi Pernapasan
1.2.2.  Mengetahui Sistem Pernapasan Bayi Baru Lahir Menurut Buku-Buku.






BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Anatomi Pernapasan
          Anatomi saluran napas terdiri atas saluran pernapasan bagian atas ( rongga hidung, sinus paranasal, dan faring ), saluran pernapasan bagian bawah ( laring, trachea, bronchus, dan alveoli ), sirkulasi pulmonal ( ventrikel kanan, arteri pulmonary, arteriola pulmonary, kapilar pulmonary , venula pulmonary, vena pulmonary, dan atrium kiri ), paru ( paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus ), rongga pleura dan otot-otot pernapasan.

2.1.1  Saluran Pernapasan Bagian Atas
      2.1.1.1. Rongga Hidung
          Hidung terdiri atas dua nostril yang merupakan pintu masuk menuju rongga hidung. Rongga hidung adalah dua kanal sempit yang satu sama lainnya dipisahkan oleh septum. Dinding rongga hidung dilapisi oleh mukosa respirasi serta sel epitel batang, bersilia, dan berlapis semu. Mukosa tersebut menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang masuk melalui hidung.
      Vestibulum merupakan bagian dari rongga hidung yang berambut dan berfungsi menyaring partikel-partikel asing berukuran besar agar tidak masuk kesaluran pernapasan bagian bawah. Dalam hidung juga terdapat saluran-saluran yang menghubungkan antara rongga hidung dengan kelenjar air mata, bagian ini dikenal dengan kantong nasolakrimalis. Fungsinya untuk mengalirkan air yang melalui hidung yang berasal dari kelenjar air mata jika seseorang menangis.
     
      2.1.1.2. Sinus Paranasal
            Sinus paranasalberperan dalam menyekresi mucus, membantu pengaliran air mata melalui saluran nasolakrimalis, dan membantu dalam menjaga permukaan rongga hidung tetap bersih dan lembab. Sinus paranasal ini juga termasuk dalam wilayah pembau dibagian posterior rongga hidung.
             Wilayah pembau tersebut terdiri atas permukaan inferior palatum kribriform, bagian superior septum nasal, dan bagian superior konka hidung. Reseptor didalam epitel pembau ini akan merasakan sensasi bau.


      2.1.1.3. Faring
            Faring (tekak) adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak dan berakhir sampai persambungannya dengan esofagus dan batas tulang rawan krikoid. Faring terdiri atas tiga bagian yang dinamai berdasarkan letaknya, yakni nasofaring (dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut), dan laringofaring (dibelakang laring).

2.1.2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
      2.1.2.1. Laring
            Laring (tenggorok) terletak diantara faring dan trakhea. Berdasarkanletak vertebrae srvikelis, laring berada diruas keempat atau kelima dan berakhir divertebrae servikalis ruas keenam. Laring disusun oleh Sembilan kartilago yang diisatukan oleh ligament dan otot rangka pada tulang hyoid dibagian atas trakhea dibawahnya.

      2.1.2.2. Trakhea
            Trachea adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5 cm dengan panjang 11 cm. Trachea terletak setelah laring dan memanjang kebawah setara dengan vertebrae torakalis kelima. Ujung trachea bagian bawah bercabang menjadi dua bronchus kanan dan kiri. Percabangan bronchus kanan dan kiri dikenal sebagai karina. Trachea tersusun atas 16-20 kartilago hialin berbentuk huruf C yang melekat pada dinding trachea dan berfungsi untuk melindungi jalan udara.
            Kartilago ini juga berfungsi untuk mencegah terjadinya kolaps atau ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan udara yang terjadi dalam system pernapasan. Bagian terbuka dari bentuk C kartilago trachea ini saling berhadapan secara posterior kearah esofagus dan disatukan oleh ligament elastic dan otot polos.

2.1.2.3. Bronchus
            Bronchus mempunyai struktur serupa dengan trachea. Bronchus kiri dan kanan tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih lebar dan arahnya hamper vertical dengan trakhea. Sebaliknya, bronchus kiri lebih panjang, lebih sempit dan sudutnya pun lebih runcing.
            Bentuk anatomi yang khusus ini memiliki implikasi klinis tersendiri seperti jika ada benda asing yang terinhalasi, maka benda itu lebih memungkinkan berada dibronchus kanan dibandingkan dengan bronchus kiri karena arah dan lebarnya.

2.1.2.4. Alveoli dan Membram Respirasi
            Membrane respiratorius pada alveoli umumnya dilapisi oleh sel epitel pipih sederhana. Sel-sel epitel pipih disebut sel tipe I. Makrofag alveolar bertugas berkeliling disekitar epithelium untuk memfagositosis partikel atau bakteri yang masih dapat masuk kepermukaan alveoli, makrofag ini merupakan pertahanan terakhir pada system pernapasan. Sel lain yang ada dalam membran  respiratorius adalah sel septal atau disebut juga dengen sel surfaktan dan sel tipe II.
            Surfaktan terdiri atas fosfolipid dan lipoprotein. Surfaktan berfungsi untuk melapisi sel eptelium alveolar dan mengurangi tekanan permukaan yang dapat membuat alveoli kolaps. Tanpa adanya surfaktan, tekanan pada permukaan cenderung tinggi dan akhirnya alveoli akan menjadi kolaps. Apabila produksi surfaktan tidak mencukupi karena adanya injuiri atau kelainan genetic (kelahiran premature) maka alveoli akan mengalami kolaps sehingga pola pernapasan menjadi tidak efektif.

2.1.3. Sirkulasi Pulmonal
      2.1.3.1 Paru
            Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam rongga thoraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Paru kanan lebih besar dari paru kiri. Selain itu, paru juga dibagi menjadi tiga lobus, satu lobus pada paru kanan dan dua lobus pada paru kiri.
            Lobus-lobus tersebut dibagi menjadi beberapa segmen, yaitu 10 segmen pada paru kanan dan 9 segmen pada paru kiri. Proses patologis seperti etelaktasis dan pneumonia sering kali terbatas pada satu lobus atau satu segmen saja.

      2.1.3.2. Pleura
            Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari membrane serosa (masing-masing untuk setiap paru) yang didalamnya mengandung cairan serosa. Paru terinvaginasi (tertekan dan masuk kedalam) lapisan ini, sehingga membentuk dua lapisan penutup.  Satu bagian melekat kuat pada paru dan bagian lainnya pada dinding rongga thoraks. Bagian pleura yang melekat kuat pada paru pleura viseralis dan lapisan paru yang membatasi rongga thoraks disebut pleura parietalis.



      2.1.3.3. Otot-otot Pernapasan
            Otot-otot pernapasan merupakan sumber kekuatan untuk menghembuskan udara. Diafragma (dibantu oleh otot-otot yang dapat mengangkat tuulang rusuk dan tulang dada) merupakan otot utama yang ikut berperan meningkatkan volume paru. Pada saat istirahat, otot-otot pernapasan mengalami relaksasi.
            Saat inspirasi, otot sternokloidomastoideus, otot skalenes, otot pektoralis minor, otot serratus anterior, dan otot interkostalis sebelah luar mengalami kontraksi sehingga menekan diafragma kebawah dan mengangkat rongga dada untuk membantu udara masuk kedalam paru.
            Pada fase ekspirasi, otot-otot transversal dada, otot interkostalis sebelah dalam, dan otot abdominal mengalami kontraksi, sehingga mengangkat diafragma dan menarik rongga dada untuk mengeluarkan udara dari paru.

2.2.   Sistem Pernapasan Pada Bayi Baru Lahir
2.2.1.  Menurut Buku Pengantar Ilmu Keperawatan Anak ( Azis Alimul   Hidayat ).
 pada saat lahir sistem pernapasan khususnya jumlah bronkhiolus dan alveolibelum lengkap dan akan meningkat sesuai dengan perkembangan anak sampai dengan masa pubertas.
Saat lahir memiliki otot polos dan hingga usia 4-5 bulan adanya otot yang cukup untuk mekanisme respon terhadap adanya allergen. Pada usia 1 tahun kemampuan pernapasan dalam menghadapi respon alergisudah mulai baik sebagaimana orang dewasa.
Kemudian sebelum bayi menarik napas pertama, bronkhiolus terminalis dan alveolitidak mengalami kolaps tetapi secara normal akan terisi cairan dan sekresi glandular. Ketika bernapas, hormonbradikinin menurunkan tahanan vaskukar dan aliran paru meningkat agar alveoli dapat berkembang.
Tegangan dipermukaan diturunkan oleh gas yang namanya surfaktan sebagai zat yang mencegah kolaps dan mempertahankan udara yang cukup dalam alveoli.
Umumnya pada masa bayi sering mengalami gangguan pernapasan karena bayi bernapas dari hidung dan obstruksi saluran napas dapat terjadi kecuali saluran nasalnya utuh dan diberikan nafas buatan, karena iga neonatus hampir horizontal dan laring bayi terletak dekat kepala dibandingkan pada kehidupan dikemudian hari.
Sehingga, glotis berlokasi diantara vertebrae servikalis 3 dan 4 sehingga reflekslaringeal sangat aktif dan epiglotis lebih panjang. ( Saccharin, Rosa M.1986 ).
Hidayat, Azis Alimul A. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika. Jakarta. 2008.
2.2.2. Menurut buku Anatomi Dan Fisologi Untuk Bidan pernapasan pada bayi terbagi menjadi dua, yaitu:
2.2.2.1. Sistem Pernapasan
                        Kantung udara primitif sudah terbentuk pada minggu ke 20 gestasi, dan pada 26 minggu tampak bronkhiolus respiratorik yang kaya akan kapiler. Komponen fosfolipid-lipoprotein surfaktan sudah ada sejak minggu ke-18. Surfaktan adalah suatu zat pembasah mirip deterjen memungkinkan peningkatan compliance parusehingga gaya yang diperlukan untuk mengembangkan alveolus berkurang.
a.       Bagian Paru Sebelum Bayi Lahir
            Pada masa janin, paru terisi oleh cairan yang dikeluarkan oleh paru yang bertukar dengan cairan amnion. Saat lahir 10-25 ml/kg cairan akan dikeluarkan atau diresorpsi. Fetal breathing movement (FBM) atau gerakan bernapas janin sudah dapat terlihat dengan ultrasonografi pada trimester pertama. Pada awalnya, gerakan tersebut intermiten, cepat dan ireguler. Seiring dengan perkembangan gestasi, kekuatan dan frequensi FBM mneingkat, terjadi sampai 80% dari seluruh waktu dengan pola yang teratur (Nijhuis, 1986).

b.       Bagian Paru Setelah Bayi Lahir
       Kebutuhan paling mendesak setelah lahir adalah insiasi ventilasi. Banyak faktor berinteraksi untuk merangsang tarikan napas pertama, termasuk perubahan suhu dan keadaan. Asfiksia dan asidosis ringan yang timbul akibat penjepitan tali pusat merangsang kemoreseptor medula yang meningkatkan tarikan napas.Penjepitan dan manipulasi seperti yang terjadi saat janin lewat jalan lahir, juga merangsang pernapasan.
       Coad, Jane & Dunstall, Melvyn. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Bidan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007.

2.2.3.  Menurut buku pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan bidan perubahan sistem pernapasan pada bayi :
            Perubahan sistem ini diawali dari perkembangan organ paru itu sendiri denagn perkembangan struktur bronkhus, bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat menentukan proses pematangan dalam sistem pernapasan.
            Proses pernapasan bayi baru lahir adalah dalam hal bernapas yang dapat dipengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik (lingkungan) yang merangsang pusat pernapasan medula oblingua diotak.
Selain itu, juga terjadi tekanan rongga dada karena kompresi paru selama persalinan sehingga merangsang masuknya udara kedalam paru, kemudian timbulnya pernapasan dan terjadi akibat interaksi sistem pernapasan itu sendiri dengan sistem kardiovaskular dan susunan saraf pusat.
            Selain itu adanya surfaktan dan upaya respirasi dalam bernapasa dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru serta mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi. Surfaktan tersebut dapat mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus untuk mencegah kolaps (Betz Dan Sowden. 2002).
Hidayat, Azis Alimul A. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Poendidikan Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta. 2008.

2.2.4. Menurut Buku Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita
            Perubahan sistem pernapasan bayi baru lahir meliputi dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama adalah :
1.      Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsanga fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernapasan diotak.
2.      Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis (Varney,551-552).

Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan aveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
Rukiyah, Ai Yeyeh & Yulianti, Lia. Asuhan Neonetus, Bayi Dan Anak Balita. TIM. Jakarta. 2010.

2.2.5.      Menurut buku ajar biologi reproduksi
Transisi pada sistem pernapasan bayi baru lahir. Biasanya bayi akan mulai bernapas segera dan mempunyai irama pernapasan yang normal dari semula. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigenasi janin sebelum bayi lahir adalah plasenta.
Selama masa kehamilan bayi mengalami banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk memulainya proses pernapasan.  

Pada masa kehamilan trimester II dan III janin sudah mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernapas, alveoli juag berkembang dan sudah mampu menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurang tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara udara dan alveoli.

 Sehingga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara. Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan permukaan cairan kental yang melapisinya. Sekali membuka alveoli, parnapasan selanjutnya dapat dipengaruhi pergerakan pernapasan yang relatif lemah.

Kekuatan otot-otot pernapasan dan diafragamauntuk bergerak secara langsung mempengaruhi keadekuatan setiap inspirasi dan ekspirasi.
Mira .W, Dwi. Buku Ajar Biologi Reproduksi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2010.

2.2.6.      Menurut buku ilmu kesehatan anak Nelson, edisi 15

Selama persalinan melalui vagina, kompresi intermitten toraks mempermudah pengeluaran cairan paru-paru. Surfaktan dalam cairan memperbesar pengisian udara (aerasi) pada paru-paru yang bebas gas dengan mengurangi tegangan permukaan, sehingga dapat menurunkan tekanan yang diperlukan untuk membuka alveolus.

Meskipun demikian, tekanan yang diperlukan untuk mengembangkan paru yang tidak mengandung udara lebih tinggi daripada tekanan yang diperlukan dari setiap masa kehidupan yang lain. Tekanan ini berkisar dari 10-50 cm H2O selama interval 0,5 sampai 0,1 detik dibanding dengan sekitar 4 cm untuk pernapasan normal bayi cukup bulan dan orang dewasa.

Pola pernapasan pada bayi baru lahir. Pada usia bulan pertama, bayi normal cukup bulan mungkin kadang-kadang mengalami episode, yaitu pernapasan teratur terganggu dengan jedah-jedah (perhentian-perhentian) pendek. Pola pernapasan periodik ini bergeser dari irama teratur ke episode apnea intermitten siklik yang singkat.
Kliegman,Robert .M & Arvin, Ann .M. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000.










BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sistem pernpasan bayi baru lahir meliputi:

a.    Bagian  paru sebelum lahir
Pada waktu janin masih didalam lahir yang bertanggung jawab dalam pemenuhan oksigen adalah plasenta. Paru-paru bayi sebelum lahir masih terisi oleh cairan yang dikeluarkan oleh paru yang bertukar dengan cairan amnion.
Sedangkan gerakan bernafas janin (fetal breathing movement) sudah terjadi pada trimester pertama. Gerakan ini awalnya intermitten, cepat dan ireguler sesuai dengan perkembangan gestasi.

b.    Bagian paru setelah lahir
Pada saat penjepitan dan pemotongan tali pusat, plasenta tidak lagi bertanggung jawab untuk memenuhi oksigen bayi. Setelah bayi menangis, maka bayi sudah harus menghirup oksigen untuk memenuhi paru-parunya.
Sedangkan cairan yang mengisi paru-paru bayi telah dikeluarkan ketika melewati jalan lahir. Karena bagian dada bayi ketika melewati jalan lahir tertekan oleh jalan lahir. Sehingga cairan yang mengisi paru-paru keluar. Dan alveolus menjadi terkembang, akhirnya udara yang dihirup bayi ketika dia menangis masuk dan mengisi paru-paru.




3.2.  Saran
Disini,penyusun hanya mengambil bahan yang diperlukan dari beberapa buku sumber saja. Sehingga sangat kurang apabila dibandingkan dengan apa yang seharusnya pembaca terima.
Penyusun menyarankan supaya pembaca tidak hanya berpatokan pada makalah ini saja untuk dijadikan bahan belajar. Alangkah baiknya bila para pembaca mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan makalah kami ini pada buku sumber yang lain atau pada media lainnya.
Sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca tentang Sistem Pernapasan Bayi Baru Lahir.





DAFTAR PUSTAKA
1.      Hidayat, Azis Alimul A. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika. Jakarta. 2008.
2.      Coad, Jane & Dunstall, Melvyn. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Bidan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007.
3.      Hidayat, Azis Alimul A. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Poendidikan Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta. 2008.
4.      Rukiyah, Ai Yeyeh & Yulianti, Lia. Asuhan Neonetus, Bayi Dan Anak Balita. TIM. Jakarta. 2010.
5.      Mira .W, Dwi. Buku Ajar Biologi Reproduksi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2010.
6.      Kliegman,Robert .M & Arvin, Ann .M. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar